Puisi Balada

TERSISA

Oleh: Titania Arsianul Fitri


Keheningan jalan telah terlintasi

Rumah pojok sepi mengenangi

Yang ditunggu-tunggu segera menyapa

Saudariku seperti teman abadi

Berdua saja menyingkirkan ragu

 

Terkapar tak berdaya

Raut sendu maupun bahagia tak ada lagi

Suara lemah lembutmu tinggal bayangan

Putih menjadi merah kelam yang kau kenakan

Miris sekali, siapa orang tega itu?

Menangis sedu hingga kelopak mata menghitam

 

Tersisa hanya rekaman hari dimana saat ini

Mimpi-mimpi yang dimiliki pergi begitu saja

Ditinggalkan tanpa sempat berpamitan

Jaket hitam topi hitam tertentang samar

Dua tiga tembak kau hempas pada tubuh lemahnya

Kau keparat atau aku pendendam?

Miris sekali, akan kukejar sampai ujung kota tak tersisa

 

Keadilan mana yang harus didatangi

Aku pergi ke arah mana?

Akan kubuat keadilan sendiri

Di mana pedih hati dikesampingkan

Jadi terhebat walau hati terenyuh amat perih

Untuk orang yang mengajarimu banyak hal

 

Awan biru mulai bersahabat dengan hati

Berdiri di depan gedung besar nan kokoh

Pandangan pasti dan senyum tipis

Apakah sudah waktunya?

Waktu yang kutunggu kian kuat

Hingga diri siap dengan toga jaksa

Siap memburu kebenaran yang tersisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Esai Lima Cerpen Karya M. Shoim Anwar

Kritik dan Esai Cerpen "Setan Banteng" Karya Seno Gumira Ajidarma

Kritik dan Esai Cover Video Klip "Mama Papa Larang" Karya Judika