Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Kritik Esai Puisi “Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah” Karya M. Shoim Anwar

Gambar
 “Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah”    Puisi: M Shoim Anwar   Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia panutan para kawula dari awal kisah ia adalah cagak yang tegak tak pernah silau oleh gebyar dunia tak pernah ngiler oleh umpan penguasa tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah tak pernah gentar oleh gertak sejuta tombak tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja   Ulama Abiyasa merengkuh teguh hati dan lidah marwah digenggam hingga ke dada tuturnya indah menyemaikan aroma bunga senyumnya merasuk hingga ke sukma langkahnya menjadi panutan bijaksana kehormatan ditegakkan tanpa sebiji senjata   Ulama Abiyasa bertitah para raja dan penguasa bertekuk hormat padanya tak ada yang berani datang minta dukungan jadi penguasa menjadikannya sebagai pengumpul suara atau didudukkan di kursi untuk dipajang di depan massa diberi pakaian dan penutup kepala berharga murah agar tampak sebagai barisan ulama   Ulama Abiyasa tak membutuhkan itu

Liburan Sejenak di Pulau Sumbawa

Gambar
Nama                 : Titania Arsianul Fitri NIM                  : 175200028 Kelas                : PBI 2017 B Mata Kuliah      : Jurnalistik Liburan Sejenak di Pulau Sumbawa Pada saat liburan semester enam di bangku kuliah yang saya jalani, saya sekeluarga menyempatkan untuk berlibur di kota kelahiran ibu saya yaitu di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Saya dan keluarga berencana selama seminggu berada di Sumbawa. Pada saat hari keberangkatan tiba kami bergegegas ke bandara Juanda Surabaya dan menuju ke pesawat yang akan kita naiki, setelah saya berada di pesawat saya melihat pemandangan yang indah, lautan yang luas, dan pegunungan yang tertutup kabut tebal. Setelah ibu, bapak, kakak, adik dan saya   sampai di Bandara Lombok. Kami mulai bergegas mencari mobil untuk menuju di pelabuhan Kayangan. Sesampainya kita menaiki kapal untuk menuju ke Pelabuhan Poto Tano. Di kapal kira-kira satu jam untuk sampai di Pelabuhan Poto Tano, setelah itu kita berjalan sebentar dan mencari sauda

Kritik Esai Puisi “Ulama Durna Ngesot ke Istana" Karya M. Shoim Anwar

Gambar
“Ulama Durna Ngesot ke Istana"   Puisi :  M. Shoim Anwar               Lihatlah sebuah panggung di negeri sandiwara ketika ada Ulama Durna ngesot ke istana menjilat pantat raja agar diberi jatah remah-remah maka kekuasaan menjadi sangat pongah memesan potongan-potongan ayat untuk diplintir sekenanya agar segala tingkah polah dianggap absah   Lihatlah ketika Ulama Durna ngesot ke istana menyerahkan marwah yang dulu diembannya Sengkuni dan para pengikutnya di luar sana bertingkah sok gagah berlindung di ketiak penguasa menunggang banteng bermata merah mengacungkan arit sebagai senjata memukulkan palu memvonis orang-orang ke penjara   Lihatlah ketika Ulama Durna berdagang mantra berbusa-busa adakah ia hendak menyulut api baratayuda para pengikutnya mabuk ke lembah-lembah tatanan yang dulu dicipta oleh para pemula porak poranda dijajah tipu daya oh tahta dunia yang fana para begundal mengaku dewa-dewa sambil menuding ke arah kawula s

Kritik dan Esai Puisi "Dursasana Peliharaan Istana" Karya M. Shoim Anwar

Gambar
 “ DURSASANA  PELIHARAAN   ISTANA ”    Karya: M. Shoim Anwar Dursasana adalah durjana peliharaan istana tingkahnya tak mengenal sendi-sendi susila saat masalah menggelayuti tubuh negara    cara terhormat untuk mengurai tak ditemukan jua suara  para kawula melesat-lesat bak anak panah  suasana kelam  bisa  meruntuhkan penguasa jalan pintas pun digelindingkan roda-roda gila dursasana  diselundupkan untuk memperkeruh suasana kayak jaka tingkir menyulut kerbau agar menebar amarah atau melempar sarang lebah agar penghuninya tak terima   lalu istana punya alasan menangkapi mereka akal-akalan purba yang telanjang menggurita saat panji-panji negara menjadi slogan semata para ulama  yang bersila di samping raja menjadi penjilat pantat yang paling setia      sambil memamerkan para pengikut yang dicocok hidungnya    Lihatlah  dursasana di depan raja dan pejabat istana lagak polahnya seperti paling gagah seakan hulubalang paling digdaya memamerkan segala

Puisi Balada

Gambar
TERSISA Oleh: Titania Arsianul Fitri Keheningan jalan telah terlintasi Rumah pojok sepi mengenangi Yang ditunggu-tunggu segera menyapa Saudariku seperti teman abadi Berdua saja menyingkirkan ragu   Terkapar tak berdaya Raut sendu maupun bahagia tak ada lagi Suara lemah lembutmu tinggal bayangan Putih menjadi merah kelam yang kau kenakan Miris sekali, siapa orang tega itu? Menangis sedu hingga kelopak mata menghitam   Tersisa hanya rekaman hari dimana saat ini Mimpi-mimpi yang dimiliki pergi begitu saja Ditinggalkan tanpa sempat berpamitan Jaket hitam topi hitam tertentang samar Dua tiga tembak kau hempas pada tubuh lemahnya Kau keparat atau aku pendendam? Miris sekali, akan kukejar sampai ujung kota tak tersisa   Keadilan mana yang harus didatangi Aku pergi ke arah mana? Akan kubuat keadilan sendiri Di mana pedih hati dikesampingkan Jadi terhebat walau hati terenyuh amat perih Untuk orang yang mengajarimu banyak hal   Awan biru

Puisi Balada

Gambar
KAMU MANIS Oleh: Titania Arsianul Fitri  Berjalan untuk telusuri arah mana yang kumau Kubuat hati ini hening seketika Hanya pikiran bersenandung yang membangkitkan Sesaat kenangan ikut mengguncang Membolak-balikkan pada masa itu   Di balik jendela kuberdiri melihat kamu dari sudut samping Kamu terlihat manis lengkap dengan ekspresi sendumu Kamu berdiri membiarkan wajahmu terkena silau matahari Aku yang pernah tahu perihal sakit hati tak ingin kau juga larut akan sedih Patah hati akan mengguncang segenap jiwa Hingga akan reda ditentukan oleh waktu yang tak kau hitung Apalah dayaku kemungkinan yang kubuat adalah pilumu akan hilang   Hari apa ini kurasa hari ini adalah hari yang membuat hati ini bergetar Kau dengan jelas sudah mengetahui namaku dengan baik Ternyata kemungkinan yang kubuat bisa dirasakan Denganmu aku bingung membahas segala cerita Sedang kau santai dengan tawamu dan begitu jujur dalam tuturmu   Hari-hari seperti berkesan indah dala

Puisi "Rindu dan Kenangan"

Gambar
  Rindu dan Kenangan Oleh: Titania Arsianul Fitri Angin malam berhembus kencang Bergemuruh merasuk benak hati Terdiam terpaku dalam sepi   Kau yang tak lagi disini Kau yang tak lagi dengan candamu Kau yang tak lagi dengan tatap mesramu Hilang sirna pergi jauh kepada angin yang membawanya   Kini hanya kenangan yang terbayang Hanya rindu berkelabut sunyi dalam hati Biarlah biar aku sendiri menyimpan kenangan ini Biarlah kubuat sejarah dalam hati Biarlah aku yang menguntai rindu Dalam gelapnya malam Dalam pedihnya hati ini