Kritik Esai Lima Cerpen Karya M. Shoim Anwar

Kritik dan Esai cerpen “Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti”, “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue”, ‘Tahi Lalat”, dan “Jangan ke Istana, Anakku” Karya M Shoim Anwar

Cerpen yang berjudul “Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti”, “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue”, ‘Tahi Lalat”, dan “jangan ke Istana, Anakku” merupakan sebuah karya dari M Shoim Anwar. Beliau adalah sastrawan dan dosen di Surabaya, doktor bidang pendidikan bahasa dan sastra. Cerpen karya M. Shoim Anwar banyak dimuat di Jawa Pos. Pada cerpen “Sorot Mata Syaila” menceritakan seseorang laki-laki yang berada di Bandara Internasional Abu Dhabi bertemu dengan perempuan berhijab bernama Syaila. Syaila yang misterius berjalan sambil menoleh pada lelaki yang membuat lelaki itu mengikuti langkah Syaila. Lelaki itu mengikuti terus langkah Syaila dan bayangan Syaila pun mulai menghilang karena langkahnya yang cepat. Kemudian lelaki itu mendapti keluarganya 2 istri dan anak-anaknya sudah tak bernyawa, hal tersebut mungkin karena adanya suatu permasalahan yang terjadi dan akhirnya memakan korban dari keluarga tersebut. Cerpen “Sepatu Jinjit Aryanti” menceritakan tentang Aryanti dan seorang laki-laki yang mengawal Aryanti dengan ketat agar Aryanti tidak menjaga rahasia penting, hidup Aryanti penuh ketidakpastian karena harus berpindah-pindah tempat karena ia sebagai saksi penting, ia berkelana ke tempat-tempat yang lain bersama laki-laki yang mulai ia sukai. 

Cerpen “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue” menceritakan seseorang yang ingin memenangkan perkara di suatu pengadilan namun berakhir dibohongi oleh Bambi yang tidak menepati janjinya. Bambi sendiri seseorang yang suka menari dengan perempuan-perempuan salah satunya bersama Miske. Ia hanya ingin bersenang-senang dan tidak memperdulikan masalah yang dihadapi oleh Anik. Cerpen ‘Tahi Lalat” meneceritakan pak lurah dan istri pak lurah menjabat sebagai lurah di desa namun memiliki berbagai cara yang tidak baik untuk mencari keuntungan pribadi dan menguras uang warganya sendiri. Sehingga banyak warga yang selalu menggunjing sikap lurah beserta istrinya itu jika mereka sering memaksa warga untuk menjual tanahnya pada mereka. 

Cerpen “Jangan ke Istana, Anakku” menceritakan seorang lelaki yang memiliki istri namun istrinya dipaksa untuk pergi ke istana menjadi penari dan banyak rumor yang beredar bahwa akan dijadikan tumbal istana hal tersebut membuat lelaki tersebut sangat sedih dan merindukan istrinya, lelaki tersebut bekerja sebagai pasukan penjaga istana yang tidak ingin jika anaknya nanti harus hidup di dalam istana.  Sedangkan anaknya seorang perempuan yang sangat merindukan ibunya dan berusaha untuk ke istana. Di akhir cerita anak tersebut pergi ke istana dan ayahnya khawatir nasib putri tersebut jika harus berada di dalam istana yang kejam, dan suka membeda-bedakan.

Keseluruhan tema pada cerpen tersebut adalah bahawa setiap cerpen memiliki maksud yang disampaikan dan setiap peristiwanya memiliki tujuan-tujuan tertentu yang di maksud dari judulnya tersebut.  Persamaan cerpen “Bamby dan Perempuan Berselendang Baby Blue” dan Cerpen “Tahi Lalat” adalah sama-sama di dalam cerpen membahas seseorang yang memiliki sikap yang tidak baik untuk diberitahukan pada si pembaca cerpen. Pada cerpen “Bamby dan Perempuan Berselendang Baby Blue” Bamby lah seseorang yang memiliki uang dan sering tidak bersikap adil dalam pengadilan ia sebagai propokatif, dan di dalam cerpen “Tahi Lalat” seorang lurah dan istrinya yang menerima banyak cibiran dari masyarakatnya karena mereka berkerja terkadang untuk mementingkan kepentingan pribadi mereka. 

Persamaan cerpen “Sorot Mata Syaila” dengan cerpen “Jangan ke Istana, Anakku” sama-sama terdapat korban dari cerpen tersebut. Dalam cerpen “Sorot Mata Syaila” terdapat seseorang perempuan yang akhirnya berjalan melewati jalan gelap dan seseorang lelaki yang terus mengikuti langkah perempuan tersebut hingga melihat sanak keluarganya digantung dan sudah tidak bernyawa. Dua istri serta empat anaknya sudah tak bisa diselamatkan. Di dalam cerpen tersebut sepertinya ada maksud bahwa anak berserta idtinya sudah tidak bernyawa karena perbuatan seseorang yang tega dan langsung menghabisinya, namun alasan dibalik kejadian tersebut tidak diceritakan pada cerpen tersebut. Pada cerpen “Jangan ke Istana, Anakku” terdapat lelaki yang memiliki anak yang ingin pergi ke istana untuk menemui ibunya. Tetapi lelaki itu yang sebagai ayahnya tidak ingin anaknya pergi ke istana yang nantinya memiliki nasib seperti ibunya bahwa akan dijadikan tumbal istana. Pada akhirnya anak remaja perempuan itu tetap pergi ke istana dan akhir cerita pendek tersebut menjelaskan ayahnya berteriak memanggil anaknya dengan sebutan anakku Dewiiii, yang berarti nasib anak tersebut bisa saja seperti ibunya. Seharusnya anak perempuan itu tidak memilih untuk pergi ke istana dan bisa tinggal aman bersama dengan ayahnya namun pengarang memiliki maksud tersendiri untuk menceritakan pada pembaca. 

Persamaan cerpen  “Sepatu Jinjit Aryanti” dengan cerpen “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue” adalah sama-sama memiliki suatu misi di dalamnya. Cerpen “Sepatu Jinjit Aryanti” tokoh Aryanti yang sebagai saksi pembunuhan orang penting maka ia harus berganti-ganti temapat dari kejaran seseorang, Aryanti sendiri tidak ptahu akhirnya ia akan menetap pada tempat di mana pada akhirnya. Cerpen “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue” sesesorang bernama Anik yang pada awlnya menggugat suatu perkara dan Bambi menanjikan bahwa nanti Anik bisa memenangkan perksra itu di pengadilan, namun Bambi tidak menepatinya. Bambi hanya mementingkan kepentingannya sendiri dari hanya senang-senang dengan perempuan bernam Miskeh. 

Kelebihan pada cerpen “Sorot Mata Syaila” adalah latar tempat yang diceritakan berada di Abu Dhabi, serta penggambaran perempuan bernama Syaila sangat detail sekali. Kelebihan pada cerpen “Sepatu Jinjit Aryanti” makna yang ada isi cerpen bahwa mempunyai tujuan atas hal yang dilakukan Aryanti. Kelebihan pada cerpen “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue” tema yang diceritakan unik dan memiliki pesan agar tidak mudah mempercayai orang seperti Bambi. Kelebihan pada cerpen ‘Tahi Lalat” memberitahu bahwa menjadi orang kepercayaan desa harusnya dapat dipercayai 100% bukan malah merugikan warganya. Kelebihan pada cerpen “Jangan ke Istana, Anakku” latar tempat yang diceritakan, dan penggambaran peristiwa yang ada dari cerpen tersebut sangat baik. Keseluruhan kelebihan pada cerpen “Sorot Mata Syaila”, “Sepatu Jinjit Aryanti”, “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue”, ‘Tahi Lalat”, dan “Jangan ke Istana, Anakku” Karya M Shoim Anwar adalah memiliki penggunaan kata-kata yang mudah dipahami maknanya, memiliki suatu maksud yang ditujukan untuk pembaca, banyak pesan yang ingin disampaikan pada pembaca. 

Kekurangan pada cerpen “Sorot Mata Syaila” adalah mengenai alasan mengapa keluarga laki-laki tersebut harus menjadi korban dan sebernarnya bagaimanakah awal mula sehingga akhirnya mereka ditemukan tidak bernyawa. Alasan tersebut kurang dijelaskan pada cerpen tersebut. Kekurangan yang terdapat pada cerpen “Sepatu Jinjit Aryanti” adalah bahwa mengapa Aryanti kurang diceritakan harus memberitahukan kebenaran yang terjadi sehingga Aryanti tidak perlu untuk bersembunyi terus-terusan dengan laki-laki yang mengawalnya tersebut. Kekurangan pada cerpen “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue” adalah bahwa kurang diceritakan siapakah tokoh sebenarnya Bambi itu, mengapa ia selalu dicari oleh Anik padahal sudah mengetahui sikap Bambi yang tidak baik, dan mengapa ia juga mudah memprofokasi seseorang. Kekurangan pada cerpen “Tahi Lalat” adalah teka-teki yang disembunyikan oleh pak lurah beserta istrinya yang masih belum dijelaskan semuanya, perbuatan apa saja yang dilakukan oleh pak lurah dan istrinya yang tidak diketahui warganya, ketika istri pak lurah bertemu seseorang dan cara istri pak lurah yang mencurigakan. Kekurangan pada cerpen “Jangan ke Istana, Anakku” adalah ketika akhirnya ayahnya tidak mengetahui jika anaknya pergi ke Istana dan akhirnya nanti akan menjadi penyesalan pada ayahnya yang tidak mencegah kepergian anaknya agar tetap aman dari kejamnya orang-orang di istana. 

Hubungan cerpen “ Sorot Mata Syaila” dengan kehidupan saat ini adalah bahwa masih ketidakadilan yang sehingga menyebabkan selalu ada korban yang berjatuhan. Hubungan  “Sepatu Jinjit Aryanti” dengan kehidupan saat ini adalah bahwa selalu ada saksi penting yang harus dilindungi. Hubungngan cerpen “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue” dengan kehidupan saat ini adalah masih adanya seseorang seperti Bambi yang memiliki kekuasaan, memiliki kepribadian yang tidak baik, serta banyak merugikan banyak orang. Hubungan cerpen “Tahi Lalat”dengan kehidupan saat ini adalah terdapat seseorang seperti lurah atau orang yang dipercaya pada warga desanya tetapi tidak bekerja dengan baik dan malah memanfaatkan untuk kepetingannya sendiri. Hubungan cerpen “Jangan ke Istana, Anakku” dengan kehidupan saat ini adalah bahwa adanya seseorang yang kejam, mementingkan kepentingan sendiri, dan masih adanya seseorang yang tidak peduli terhadap kebahagiaan hidup keluarga orang lain.  

Simpulan yang terdapat pada lima cerpen karya M. Shoim Anwar adalah masih adanya seseorang di kehidupan saat ini sebagai penguasa atau memiliki uang banyak tetapi masih merugikan orang lain, bekerja dengan cara yang tidak baik, menghentikan kebebasan berpendapat pada orang-orang, membatasi anak-anak bermain karena status sosial orang tuanya. Sudah saatnya untuk saling membantu orang lain, tidak hanya mementingkan kehidupan diri sendiri namun juga orang lain. Menjadi seseorang yang memiliki jabatan tetap bekerja dengan baik menjalani amanat yang diberikan sesuai perintah tidak memanfaaatkannya. Menjadi penguasa juga harus memiliki sikap yang adil tidak memiliki niatan untuk merugikan warganya dan selalu berusaha bekerja dengan sebaik mungkin untuk diri-sendiri dan orang di sekitarnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik dan Esai Puisi "Sajak Palsu" Karya Agus R. Sarjono

Kritik Esai Puisi “Idul Fitri” Karya Sutardji Calzoum Bachri