Cerita Pendek "Setangkai Bunga"
SETANGKAI
BUNGA
Oleh: Titania Arsianul Fitri
Pagi
ini begitu cerah dengan angin yang berhembus kencang dan juga sinar matahari yang
terpancar sedikit menyilaukan pandanganku. Aku melihat jam di tanganku pukul
06.40 menandakan aku harus berjalan agak cepat melewati gerbang sekolah agar
tidak terlambat. Sambil merapikan rambut dan poniku yang terurai aku bergegas
berjalan dengan membawa buku yang ada ditanganku sebelah kanan. Dengan melewati
jalan dipinggiran lapangan basket aku menoleh sebelah kanan dan langkahku mulai
terhenti seketika melihat cowok yang terlihat bersinar sendiri ketika membaca
buku. Dia Irsan namanya cowok yang sudah aku sukai selama hampir tiga tahun.
Aku menyukainya saat pertama kali masuk di SMA ini, aku mengingat bagaimana aku
bertemu dengannya pertama kali pada saat itu aku terburu-buru datang kesekolah
untuk pertama kali hingga aku tak sengaja menyenggol bahu seorang cowok dan
buku yang ada berada di tanganku pun terjatuh, aku terbata-bata mengucapkan maaf
sambil aku melihat dan terdiam melihat cowok tampan tinggi yang berada didepanku
dengan senyuman manisnya ia membantu mengambilkan bukuku yang terjatuh dan
memberikannya padaku, saat itulah aku kagum padanya dan menyukainya sejak itu.
Dan... aku mulai tersadar dari lamunanku dan aku harus segera masuk ke kelas
agar tidak terlambat, setelah sampai dikelas aku mulai duduk dan menaruh
buku-buku diatas meja.
“Tya
apakah pr mu sudah selesai?” tanya Rita teman sebangkuku sekaligus sahabatku dari
kecil.
“Sudah
selesai dari kemarin lusa” jawab aku.
“Wahh hebat
juga padahal rata rata sulit lo soal nya” balas rita.
“Assalamualikum
anak-anak” ucap bu Ririn saat baru saja memasuki kelas. Pelajaran berlangsung
sampai dua jam kemudian, terdengar suara ting tong...suara bunyi bel sekolah
menandakan waktu istirahat. Segera aku menuju ke kantin bersama Rita. Sesampainya
dikantin kita makan bakso langganan kami yang sudah dari kelas satu SMA kita
gak pernah bosan untuk makan bakso buatan pak Budi.
“Tya tuh Irsan” kata rita kepadaku. Lalu aku
menoleh ke arah irsan aku melihat dan memperhatikannya saat ia bergurau dengan
temannya.
“Ah Rita
ayo kita kembali kekelas udah bel barusan” sambil tersenyum aku berkata begitu
padanya.
“Iyaa
ayo tya” kata rita sambil berdiri melihatku.
Setelah
pelajaran berlanjut beberapa jam kemudian bel berbunyi menandakan pelajaran
telah usai. Aku berjalan keluar gerbang sekolah bersama Rita menuju rumahku
karena Rita juga akan kerumahku untuk belajar bersama dan ngobrol-ngobrol sudah
kebiasaan Rita datang kerumahku karena rumah kita bersebelahan jadi untuk
pulang kerumahnya tak perlu jauh-jauh langsung sampai. Seketika seusai berjalan
selama sekitar 20 menitan kami sampai kerumah. Aku memasuki rumahku sepatu ku
copot dan aku masukkan ke dalam rak sepatu
pintu ku buka dan berjalan melewati ruang tamu aku menuju kamarku dan
Rita dibelakangku mengikuti aku berjalan. Setelah dikamar ku taruh tas dan buku
yang ada ditanganku diatas meja. Kami pun belajar bersama menyelesaikan tugas
sekolah yang harus dikumpulkan besok pagi dan aku juga harus siap karena akan
ada latihan soal sebelum ujian yang siap menantiku. Setelah selesai mengerjakan
kami pun banyak mengobrol banyak hal diantaranya Rita yang bercerita setelah
lulus ia ingin mengambil jurusan psikologi yang ia inginkan saat ia masih kecil
walaupun dia dari kelas jurusan ipa tetapi ia ingin masuk jurusan psikologi
karena ia bertekad untuk menjadi psikolog yang profesional katanya semoga saja
terkabulkan kataku dalam hati.
“Tya
kamu udah putusin setelah lulus kamu nerusin kemana?” tanya Rita kepadaku.
Jawab ku.
“Aku
ingin menjadi dokter yang baik aku ingin
bisa membantu mengobati orang yang sakit aku juga ingin bisa mengerti perasaan
mereka yang sedih dan berusaha sembuh. Aku ingin bekerja dan membantu orang
dengan tulus ” .
“wahh
itu cita cita yang bagus tya kamu bisa kok jadi seperti itu” kata Rita
kepadaku.
Lalu
aku menjawab “Iya aku berusaha untuk mewujudkan mimpiku itu walaupun
dikenyataannya aku belum tahu pasti apakah bisa apakah aku mampu mewujudkannnya
pasti gak gampang mendapatkan nilai bagus di ujian dan lolos tes untuk masuk
dijurusan kedokteran tapi aku akan bersungguh-sungguh” aku berkata begitu dan
tersenyum kepada Rita. Waktu terus berlalu kami pun mengobrol banyak hal
lainnya sampai dua jam kemudian Rita harus pulang karena dipanggil untuk
membantu mamanya.
Keesokan
harinya sebelum berangkat sekolah aku makan makanan yang aku sukai yaitu
rendang buatan mamaku. Aku senang ternyata mama masakin makanan kesukaanku.
Setelah selesai aku makan aku berangkat kesekolah pukul setengah tujuh.
Disekolah waktu menunjukkan jam istirahat aku keluar kelas dan melihat
pemandangan banyak anak yang bermain sepak bola. Aku melihat Irsan salah
satunya. Dia begitu mahir dalam sepak bola banyak juga cewek-cewek yang sedang
melihat dia bermain sepak bola. Tapi walaupun begitu aku masih belum mengetahui
jika Irsan sudah memiliki kekasih apa belum.
Karena aku tak pernah melihat dia dekat dengan perempuan walaupun dia
juga memiliki banyak teman perempuan. Tapi dalam hati kecilku memang aku
berharap dia belum memiliki kekasih. Jam istirahat pun berlalu aku melanjutkan
pelajaran sampai bunyi bel tanda pulang sekolah. Karena Rita masih dikelas
mengerjakan tugas kelompok, alhasil aku pulang lebih dulu hari ini. Sesampai
dirumah aku langsung dikamar untuk menegerjakan latihan soal entah kenapa aku
benar-benar bersemangat untuk belajar mungkin karena ujian sudah di depan mata
pikirku. Saat malam tiba aku mulai belajar lagi. Mama yang membuka kamarku
kulihat mama membawa segelas susu untukku.
“Tya
sayang jangan lupa istirahat kalo kamu capek” kata mama
“Siap
mama” dengan semangat jawabku.
Seminggu
telah berlalu aku menghela nafas dengan lega kini tinggal menunggu pengumuman
hasil ujian nasionalku. Aku berharap apa yang aku kerjakan dan usahaku selama
ini tidak sia-sia. Aku tersenyum dan positif memikirkan itu.
“Tya
ayo” kata Rita dengan tangannya memegang bahuku.
“Ayo
tapi kamu tau nggak kafe yang bagus dimana?” kataku kepada Rita
“Aku
pasti tau nggak perlu khawatir deh” kata Rita menatapku.
“Beneran
nih yang harga makanan minumannya murah dan enak sekaligus ada wifinya ada
nggak? Kataku sambil tertawa pada Rita.
“Haha
karna aku tau semua kafe yang enak buat didatengin kamu nggak perlu khawatir
Tya” kata Rita.
Karena
ujian telah usai aku dan Rita sering pergi keluar untuk jalan-jalan salah
satunya dikafe hari ini. Pastinya yang kita obrolin banyak hal, Salah satunya
tentang Irsan. Rita mulai menanyakan bagaimana aku terhadap irsan.
“Tya bagaimana
kamu dengan Irsan kita sebentar lagi akan lulus sekolah kamu tidak mau
mengutarakan perasaanmu padanya?” tanya Rita kepadaku
“Aku
juga sering memikirkan hal itu Rit tapi apakah tidak buruk mengutarakan isi
hatiku sebenarnya padanya?” jelasku pada Rita.
“Tidak
ada salahnya Tya kamu juga kan sudah berusaha selama ini kamu yang baik padanya
serta perhatian pasti dia harusnya sudah merasakan perhatian itu darimu Tya”
kata Rita kepadaku.
Waktu
berlalu saat malam tiba aku duduk dikursi dan memegang setangkai bunga mawar yang
kubeli siang tadi untuk aku berikan pada Irsan besok. Dengan pikiran yang sudah
mantap aku putuskan untuk mengutarakannya langsung pada Irsan. Keesokan harinya
aku melihat Irsan yang duduk dengan membaca buku seperti biasanya, aku mulai
berjalan mendekatinya.
“Irsan
aku ingin bicara sebentar”
“Iya
silahkan Tya” kata Irsan melihatku.
“Hmm aku
tak tahu aku mulai dari mana saat ini aku ingin mengungkapkan perasaanku yang
sejak lama aku simpan. Irsan aku sudah memperhatikanmu, kamu seperti seorang
yang menginspirasiku menjadi lebih baik aku bisa merasakan yang namanya cinta
dari sisi positif. Irsan aku menyukaimu” dengan menyodorkan setangkai bunga
yang kubawa pada hadapan Irsan.
“Tya
maaf aku tidak bisa merasakan perasaan mu selama ini, dan juga saat ini aku sudah
memiliki kekasih kami sudah berpacaran minggu lalu” kata Irsan yang menjawab
ku.
Setelah
aku mendengar perkataan Irsan aku pun sedih dengan mata berkaca-kaca aku mulai
menguatkan diri dan berkata “Iya Irsan tidak apa-apa kok semoga kalian bahagia
ya”.
Lalu aku mulai melangkah mundur dan berbalik meninggalkan Irsan aku pergi dengan menangis. Aku dirumah sedih mengingat yang terjadi aku menangis sendiri dikamar tanpa ingin ada yang tahu bahwa aku sedang mengangis. Waktu terus berjalan setelah beberapa bulan kemudian, hari-hari ku sudah mulai seperti biasa aku sudah tidak menangis meratapi yang terjadi aku harus tetap bangkit dan tersenyum dan juga tidak melupakan apa yang sudah terjadi. Pengumuman pun telah tiba hasil ujian ku pun bagus aku diterima masuk di Universitas dan jurusan yang aku inginkan yaitu kedokteran waw.. tak kusangka aku bisa mewujudkannya. Dengan senyuman aku melangkah pasti untuk hari pertama kuliah ku. Aku berharap hari pertama kuliahku akan lancar. Kini aku sudah tidak lagi satu sekolah dengan Irsan orang yang pernah aku sukai karena dia harus pindah rumah mengikuti orang tuanya bekerja. Aku menghela napas panjang kutegakkan bahu serta pandanganku lurus kedepan dan aku tersenyum berharap semua akan indah pada waktunya. Pada waktunya aku bertemu dengan orang yang akan menyukaiku dengan tulus dan selamanya. Semoga itu bukan hanya sebatas mimpi tapi akan terwujudkan. Aku menghela napas lagi dan menatap ke depan kampus yang kutunggu-tunggu sudah ada di depanku sekarang.
Komentar
Posting Komentar